Rabu, 12 Agustus 2015

Wabub Buka Bimbingan Manasik Haji Kabupaten Koti

Rabu, 12 Agustus 2015


Sampit (Inmas) Kementerian Agama Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali melaksanakan bimbingan manasik haji bagi calon jamaah haji (CJH) yang  akan berangkat ke tanah sucitahun ini.
Kegiatan itu dilaksanakan bekerjsama dengan Pemkab Kotim, dipusatkan di masjid Agung Wahyu Al Hadi Jl. Sudirman KM 3 Kota Sampit.
Bimbingan manasik dilaksanakan selama 6 hari, dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Kotim H.M.Taufiq Mukri SH, MM.
Dihadapan para peserta, wabub membacakan sambutan Bupati Kotim H Supian Hadi. Dijelaskan bahwa ibadah haji merupakan ibadah mental dan fisik. Karena itu kesehatan harus benar-benar diperhatikan dan dijaga demi kesempurnaan seluruh rangkaian ibadah.
“Di tanah suci cuaca dimungkinkan sangat extrim, kalau siang sangat panas dan jika malam bisa sangat dingin, serta kultur budaya yang berbeda maka saya berharap semua jamaah mempersiapkan sebaik-baiknya,termasuk dalam mengikuti kegiatan manasik ini,” ucapnya.
Diakhir sambutan, wabup mendoakan agar semoga semua ibadah calon jamaan haji diterima dan akan menjadi haji mabrur.
“Akhirnya saya berharap dan berdoa semoga ibadah jamaah haji tahun ini ssemuanya akan menjadi haji yang mabrur,” pungkasnya diamini seluruh peserta yang hadir.
Sementara Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hj Rabiatul Adawiyah, SAg melaporkan peserta yang mengikuti kegiatan pembukaan manasik haji sebanyak 131calon jamaah. Dijelaskan kegiatan manasik selanjutnya akan di fokuskan di Masjid Al Falah Jl. A Yani.
“Kegiatan selajutnya setelah pembukaan akan di pusatkan di Masjid Al Falah karena disana ada cukup ruangan untuk membagi peserta menjadi beberapa kelompok, dan ruangannya tidak terlalu luas,” imbuhnya.
Kegiatan pembukaan yang sempat tertunda hampir setengah jam ini ditutup doa yang dipimpin oleh H. Acil Saidi, BA (yon efendi)

Jangan Terkekang dengan Mesin Finger Print



Bimas Islam Kankemenag Kotim Bagikan Mesin Finger Print, Genset dan CCTV di 13 KUA Kecamatan


Sampit (Inmas) Sebanyak 13 mesin finger print dibagikan kepada 13 Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan yang ada di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotawaringin Timur. Pembagian alat rekam sidik jari absensi ASN itu dilakukan di aula Kankemenag Kotim oleh Kasi Bimas Islam, H Sublianur S.Ag baru-baru ini.
Dalam sambutan, H Sublianur meminta seluru ASN di KUA terus meningkatkan kedisiplinan kehadiran.
“Dengan adanya mesin finger print yang dibagi jangan sampai mengekang para pegawai, tapi justru mempermudah dalam merekap dan mengakomodir data kehadiran,” paparnya saat mewakili Kepala Kemenag H Samsudin, S.Pd.I.
Selain membagikan mesin finger,  juga dibagikan mesin genset dan kamera cctv untuk mendukung keberadaan mesin absesi elektronik tersebut.
“Untuk pelaksanaan teknis absennya nanti akan dijelaskan oleh kepegawaian, sedang pemasangan kamera nantinya ada teknisi yang ditunjuk,” imbuh Subli sapaan akrabnya.
Kepala KUA Kecamatan Mentaya Hulu, Junaidi SHI merespon positif absensi sidik jari itu, kendati ia mengaku harus beradaptasi karena baru pertama dilakukan di KUA.
“Karena sudah sesuai PMA yang telah ditetapkan maka kita akan laksanakan sesuai dengan ketentuan, jika nanti ada masalah dalam pelaksanaannya kita akan sampaikan dan koordinasikan dengan Bimas Islam,” terangnya.
Absensi elektronik yang diberlakukan kepada 43 orang di KUA akan dimulai Agustus sebagai penunjang bukti kehadiran para ASN (yon efendi)
 
Sumber : http://kalteng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=279297 

Senin, 08 Juni 2015

Ahmad Mulyadi, Bawa KUA Parenggean Jadi KUA Teladan

  KuaKecmatanParenggean| Sabtu, 06 Juni 2015 - 12:53:42 WIB | 
Sampit (Inmas) Rabu, (27/5) malam menjadi hari istimewa bagi Ahmad Mulyadi SHI. Hari itu sekitar pukul 21.30 Wib, pria kelahiran Banjarmasin 3 Mei 1981 ini dinobatkan sebagai kepala KUA kecamatan teladan tingkat Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015.
Penganugerahan kepala KUA kecamatan teladan dilaksanakan di aula Hotel Fairuz Palangka Raya dihadiri langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah, H abdu Halim H Ahmad, Lc, MM dan istri Ny Hj. Khatmah serta sejumlah pejabat eselon III dan eselon IV serta seluruh kepala KUAkecamatan se-Kalteng yang mengikuti ajang pemilihan KUA kecamatan teladan tahun 2015.
Penganugerahan Kepala KUA Kecamatan Parenggean, Kabuptaen Kotim ini menjadi kepala KUA kecamatan teladan juga disaksikan para delegasi pemilihan keluarga sakinah teladan tingkat Provinsi Kalteng tahun 2015.
Dengan dinobatkannya Mulyadi, sapaaan akrab alumni fakultas Syariah IAINBanjarmasin ini sebagai kepala KUA teladan tingkat provinsi, maka ia berhak mewakili Bumi Tambun Bungai diajang pemilihan KUA teladan tingkat nasional pada Juni mendatang.
Berdasarkan wawancara singkat tim Inmas Kementerian Agama Kabupaten Kotim dengan Ahmad Mulyadi terkait strategi memenagi pemilihan KUA kecamatan teladan, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Asad Ilmi dan Hj. Maslianah menuturkan, kedisiplinan dan kerja keras menjadi modal penting mengantarkan KUA Kecamatan Parenggean menjadi KUA teladan tingkat provinsi.
Dikatakannya, sejak kecil ia di didik kedua orang tuannya untuk mentradisikan sikap disiplin dalam hidupnya. Selain itu ia juga dididik untuk mandiri dan bekerja keras.
“Mungkin karena profesi kedua orang tua kami adalah pedagang, maka kami dilatih untuk disiplin, terutama disiplin bangun pagi. Selain itu kita terus dilatih untuk mandiri dan bekerja keras,” tutur pria yang telah dikaruniai dua orang putra yakni Nayla Asfia dan Najmi Juhairi ini.
Rupanya kedisiplinan, kemandirian dan kerja keras terus mendarah daging pada diri Ahmad Muliyadi hingga ia diterima menjadi PNS/ASNKementerian Agama di Kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun 2008 silam.
Karir perdana yang dijalani Ahmad Muliyadi di instansi bermotto iklas beramal ini adalah sebagai penghulu fungsional pada KUA Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotim.
Kurang lebih dua tahun, Ahmad Muliyadi mengabdi di kecamatan paling ujung di Kabupaten Kotim itu. Selama menjalankan tugas negara di daerah Ujung Pandaran, Mulyadi senantiasa didampingi istri tercinta Sofia Hidayati.
Berkat kedisiplinan, kemandirian, dan kerja keras serta didukung sikapnya yang ramah dalam melayani masyarkat, akhirnya Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotim H Samsuddin S.Pd.I mempromosikannya sebagai Kepala KUA Kecamatan Mentaya Hulu (Kuayan) pada tahun 2010.
“Sebagai abdi negara kita memang harus siap ditugaskan dimanapun dan dalam kondisi apapun. Kita tidak boleh mengeluh dimanapun kita ditugaskan, syukuri dan jalani dengan baik. Insyaallah ada hikmahnya,” ucap Muliyadi.
Diakuinya, ketika dilantik menjadi kepala KUA Kecamatan Mentaya Hulu, ia merasa berat karena harus berpisah dengan warga Ujung Pandaran. Ia merasa sudah menjadi bagian dari warga di kecamatan itu.
“Ya memang pertama terasa berat harus berpisah dengan warga Ujung Pandaran, karena kita sudah terlanjur dekat. Kita sering terlibat langsung dalam pelbagai kegiatan kemasyarakatan di sana. Mungkin itulah yang membuat kita menjadi akrab,” ucapnya.
Ditempat tugas yang baru, semangat untuk terus berkarya, mengabdi dengan setulus hati terus berkobar pada diri Ahmad Muliyadi. Tradisi kedisplinan, kerja keras dan kemandirian ia tanamkan kepada beberapa aparatur di KUA yang baru.  
Karena prestasinya dinilai baik, kemudian pada September 2013, ia kembali diberi amanah oleh Kepala Kemenag Kotim untuk memimpin KUAKecamatan Parenggean.
“Ketika dimutasi bersama beberapa kepala KUA yang lain, saya anggap amanah ini merupakan tantangan dari pimpinan yang harus dibuktikan dengan kerja keras dan prestasi. Karena itu sejak dimutasi, saya bertekad membawa KUA Kecamatan Parenggean menjadi KUAteladan,” ucapnya.
Keinginannya menjadikan KUA Kecamatan Parenggean menjadi KUA percontohan, tidak sebatas angan-angan. Ia bersama beberapa stafnya terus bekerja keras memperbaiki manajemen dan pelayanan di KUA itu.
Pelbagai kemajuan zaman termasuk informasi dan teknologi, ia manfaatkan untuk mendongkrak kualitas layanan KUA Parenggean kepada masyarakat.
Walhasil, kecanggihan teknologi yang ia terapkan di kantornya, membuat KUA yang dipimpinnya dinobatkan menjadi KUA terbaik ditingkat Kabupaten Kotim dan ditunjuk menjadi wakil Kabupaten Kotim dalam ajang pemilihan KUA teladan tingkat provinsi.
“Alhamdulillah berkat kerja keras, kedisiplinan dan tanggungjawab semua aparatur di KUA Kecamatan Parenggean dan didukung oleh pimpinan di Kemenag Kotim, akhirnya kita dinobatkan sebagai KUA teladan tingkat provinsi pada 27 Mei 2015 lalu,” ucapnya.
Diakuinya, kesuksesan KUA Kecamatan Parenggean menjadi KUA teladan berkat kerja keras dan kerjasama semua pihak di KUAkecamatan dan dukungan Kemenag Kotim. Ia mampu membawa seluruh aparatur di KUA Kecamatan Parenggean untuk bergandengan tangan, bahu membahu membangun dan memperbaiki manajemen dan pelayanan di KUA melalui pendekatan persuasif. Karena menurutnya menjadi pemimpin tidak harus otoriter, sebab pemimpin otoriter tidak jarang justru malah dijauhi bawahan.
“Alhamdulillah berkat kerjasama kita di KUA Kecamatan Parenggean dan dukungan teman-teman sesama kepala KUA serta pimpinan di Kemenag Kotim, kita berhasil meraih predikat KUA teladan. Dan isnyaallah kita akan terus berbenah agar KUA kita bisa menjadi KUA teladan tingkat nasional,” pungkas pria yang memiliki hobi membaca ini. (huda)
 
Sumber : http://kalteng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=265500 

Kamis, 28 Mei 2015

Kotim Raih KUA Teladan, Kobar KS Teladan

Kamis, 28 Mei 2015, 07:36

Palangka Raya (Inmas) Pemilihan KUA kecamatan teladan dan keluarga sakinah (KS) teladan tingkat provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 akhirnya mendapatkan hasil. Peserta dari kabupaten Kotawaringin Timur merebut gelar juara I KUA teladan, sementara peserta dari Kotawaringin Barat berhasil meraih gelar keluarga sakinah teladan.
Kabid Bimas Islam Kanwil Kemenag Kalimantan Tengah H. Sufiani mengatakan, berdasarkan hasil penilian tim juri, pada kategori KUA kecamatan teladan gelar juara pertama diraih oleh KUA kecamatan Parenggean kabupaten Kotawaringin Timur yang dipimpin oleh Ahmad Mulyadi, S.HI, juara kedua KUA kecamatan Kumai kabupaten Kotawaringin Barat dengan Abdul Azim, S.HI sebagai Kepala KUA-nya, dan juara ketiga Drs. Rizali Anwar dari KUA kecamatan Bulik kabupaten Lamandau.
Sedangkan untuk pemenang keluarga sakinah teladan, juara pertama pasangan Hj. Bandiah dan H. Sukarni utusan dari kabupaten Kotawaringin Barat, juara kedua pasangan Hj. Mutmainnah, S.Pd.I dan Drs. H. Irian Noor utusan dari kota Palangka Raya dan juara ketiga pasangan Hj. Ismiyati dan H. Supriyatna, MM utusan dari kabupaten Barito Timur.
“Pemenang dari pemilihan KUA kecamatan dan keluarga sakinah teladan ini akan mewakili Kalimantan Tengah di tingkat nasional di Jakarta pada bulan Agustus serta berkesempatan beraudiensi bersama Presiden RI Ir. H. Joko Widodo,” ujar H. Sufiani, Rabu malam (27/5).
Penyerahan piala bagi para pemenang diserahkan langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi Kalimantan Tengah H. Abdul Halim H. Ahmad, Lc., MM didampingi Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Islam serta ketua dewan juri. (Junaidi)


Juara KUA dan Keluarga Sakinah Teladan Diminta Persiapkan Dir

Kamis, 28 Mei 2015, 09:42

Palangka Raya (Inmas) Bidang Bimas Kanwil Kemenag Kalteng, menggelar malam penganugerahan KUA kecamatan dan keluarga sakinah  teladan tahun 2015 tingkat Provinsi Kalteng di aula Hotel Fairuz Palangka Raya, Rabu (27/5) malam.
Berdasarkan penilian tim juri, juara satu KUA teladan tahun 2015 diraih KUA Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotim dengan nilai 787,20, juara dua KUA Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat dengan nilai 749,70 dan juara tiga KUA Kecamatan Bulik Kabupaten Lamandau dengan nilai 748.
Sementara untuk keluarga sakinah, juara satu diraih pasangan Hj Bandiyah dan H Sukarni dari Kabupaten Kobar dengan nilai 415,58, juara dua oleh pasangan Hj Muthmainnah SPd.I dan Drs. H. Irian Noor dari Kota Palangka Raya dan juara tiga oleh pasangan Hj Ismiati dan H Supriatna S.Pd, MM dari Barito Timur dengan nilai 407,85.
Para juara mendapatkan trophy, piagam dan uang pembinaan dengan besaran Rp 5 juta untuk juara satu, Rp4 juta juara dua dan Rp3 juta untuk juara tiga yang diserahkan langsung oleh Kakanwil Kemenag Kalteng H Abdul Halim H Ahmad Lc, MM dan ketua Dharma Wanita Persatuan Kanwil Kemenag Kalteng Hj. Khatmah.
Dalam arahan, Kakanwil meminta para juara jangan terlena dan bergembira secara berlebihan, namun syukuri prestasi itu dan realisasikan dalam lingkungan keseharian.
“Bapak dan ibu dinyatakan sebagai KUA dan keluarga sakinah teladan tingkat provinsi. Ini merupakan amanah berat yang harus dibuktikan dalam keseharian. Karena bapak ibu akan menjadi contoh bagi lainnya, “ ucap Kakanwil.
Pada kesempatan itu Kakanwil juga meminta bagi juara satu KUA teladan dan keluarga sakinah untuk mempersiapkan diri guna mengikuti perlombaan di tingkat nasional yang akan dilaksanakan pada 12-18 Agustus mendatang.
“Untuk KUA teladan, harus segera menyempurnakan pelbagai administrasi dan kelengkapan kantor. Selain itu juga harus banyak menggali wawasan, pengetahuan tentang munakahat termasuk skill membaca kitab kuning,” ucapnya.
Kakanwil juga berpesan kepada para peserta yang belum berhasil meraih juara untuk tidak berkecil hati, namun justru lebih semangat memperbaiki pelbagai kekurangan sehingga akan berhasil meraih gelar juara diperlombaan berikutnya.
“Laa taiasu  min rahmatillah,janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Karena itu terus bersemangat untuk meraih kesuksesan yang tertunda,” pesan Kakanwil (rf)

Selasa, 19 Mei 2015

Bantuan Printer Passbook PLQ-20 Untuk KUA Kecamatan di Kotim



 
 
Sampit (Inmas) Kini, semua Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan  di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) telah memiliki printer passbook tipe PLQ-20 untuk mencetak pencatatan nikah pada buku nikah.
Penyerahan printer itu dilakukan secara simbolis oleh Kasi Bimas Islam Sublianur, SAg kepada Kepala KUA Kecamatan Parenggean Ahmad Mulyadi, S.H.I, beberapa waktu lalu.
Bantuan printer itu dilakukan secara bertahap sejak tahun 2013. KUA Pertama yang menerima bantuan printer itu adalah KUA Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang. Kemudian pada tahun 2014, bantuan printer dilanjutkan kepada tiga KUAkecamatan yaitu MentayaHULU, Kota besi dan Mentaya Hilir Selatan.
Selanjutnya ditahun 2015, Kemenag Kotim melalui Bimas Islam kembali menyerahkan bantuan printer passbook berjumlah delapan unit untuk KUAkecamatan yang belum menerima, diantaranya Seranau, Cempaga, CempagaHULU, Parenggean, Antang Kalang, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut dan Teluk Sampit.
Kepala KUA Parenggean Ahmad Mulyadi,SHI merespon positif bantuan itu. Dikatakannya bantuan tersebut sangat membantu optimalisasi kinerja dan pelayanan di KUA khususnya bagi KUA Parenggean yang sedang berkompetisi di ajang pemilihan KUA teladan tingkat Provinsi Kalteng.
“Kami sampaikan terima kasih kepada Kasi Bimas Islam Kemenag Kotim, semoga dengan bantuan printer ini pelayanan di KUA Parenggean semakin mudah dan cepat dalam pencatatannya,”ucapnya.
Dijelaskan Kepala Seksi Bimas Islam Sublianur, S.Ag bantuan pengadaan printer passbook tipe PLQ-20 memang sudah direncanakan pada rapat kerja (Raker) dalam pembahasan RKA-KL tahun 2014 untuk semua KUA kecamatan di Kotim yang belum menggunakan printer dalam pencatatan di buku nikah.
“Diharapkan dengan terealisasinya pengadaan printer ini, pelayanan diseluruh  KUA kecamatan di Bumi Habaring Hurung ini menjadi seragam,”ujarnya.
Selain itu lanjut Sublianur, dengan adanya printer khusus untuk buku nikah di semua KUA kecamatan akan meminimalisir kesalahan dalam penulisan maupun pencatatan pada buku nikah. (tiariyanto)
 
Sumber : http://kalteng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=260821 

Senin, 11 Mei 2015

Tim Penilai KUA Teladan Datangi KUA Parenggean



Palangka Raya (Inmas) Tim Bidang Bimas Islam Kanwil Kemenag Kalteng mendatangi KUA Kecamatan Parenggean di Jl Kalikasa No. 20 Kecamatan Parenggean, Jumat (8/5) siang untuk melihat langsung kondisi real KUA unggulan di Kabupaten Kotim.
Tim terdiri dari tiga orang dipimpin Kasi Kepenghuluan dan Pembinaan KUA Muhidin Arifin SAg dan dua orang staf, Rizal Akhirudin SHI dan Nur Afni SEI. Tim tiba di lokasi sekitar pukul 13.00 Wib dan langsung disambut oleh Kasi Bimas Islam Kemenag Kotim Sublianur SAg dan Kepala KUA Parenggean Ahmad Mulyadi SHI serta beberapa staf.
“Kehadiran kami dari Kanwil untuk observasi lapangan sekaligus penelaahan dokumen KUA Kecamatan Parenggean yang telah diusulkan menjadi KUA teladan tingkat provinsi oleh Kemenag Kabupaten Kotim,” ucap Muhidin.
Penilaian dimulai sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 15:30 WIB. Pada kesempatan itu Muhidin Arifin menegaskan bahwa penilaian KUA teladan tingkat provinsi akan dilaksanakan secara professional, proporsional, dan objektif sesuai dengan ketentuan yang ada.
Penilaian ini terdiri dari beberapa kriteria diantaranya mencakup profil KUA, administrasi kantor, SDM kepala kantor, statitistik kegiatan, program kerja unggulan, tata ruang kantor dan beberapa hal penting yang terkait lainnya.
“Kemenag provinsi akan bersikap objektif sesuai dengan fakta yang ada, makanya kami menilai dan meninjau langsung KUA ini,” tegasnya.
Sementara Kasi Bimas Islam Kemenag Kotim, Sublianur SAg mengungkapkan bahwa KUA Kecamatan Parenggean dinilai telah menerapkan standar pelayanan prima melalui pemanfaatan teknologi.
Selain itu KUA yang membawahi dua kecamatan yaitu Parenggean dan Tualan Hulu ini juga memiliki program kerja unggulan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di dua kecamatan itu yang belum dimiliki oleh KUA lainnya di Kabupaten Kotim, sehingga ia mengaku tidak salah untuk menetapkan KUA tersebut sebagai KUA teladan tingkat Kabupaten Kotim.
“Ini merupakan prestasi Kemenag yang patut diapresiasi karena memiliki KUA teladan yang berinovasi tinggi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat, dan ini patut dicontoh,” pungkasnnya.
Kepala KUA Parenggean, Ahmad Mulyadi SHI menyampaikan ucapan selamat datang dan terimakasih kepada tim Bimas Islam yang telah datang ke kantornya. Ia mengungkapkan pihaknya akan terus berinovasi untuk menjadi pelayan masyarakat yang penuh manfaat.
“Kami akan terus meningkatkan profesionalisme, integritas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan demi mewujudkan visi misi Kemenag yang berdaya guna bagi umat,”terangnya. (rf)

Sumber berita  :http://kalteng.kemenag.go.id

Minggu, 03 Mei 2015

HIKMAH WAKAF


 1. Sebagai salah satu cara untuk beribadah kepada Allah s.w.t.  
2. Membuka jalan bagi orang beriman yang suka memberi wakaf dan berlumbalumba dalam amal   kebajikan dan mengharapkan pahala.
 3. Memberi pahala yang berterusan kepada pewakaf selepas kematian selagimana harta wakaf tersebut kekal dimanfaatkan.
 4. Untuk kebaikan Islam, seperti membina masjid, surau, tanah perkuburan dan sebagainya.  
5. Membantu mengurangkan beban orang fakir dan miskin serta anak yatim. Wakaf menanamkan sifat zuhud dan sifat tolong menolong dalam amal kebaikan dan kemaslahatan sesama umat islam. Menanamkan kesadaran bahwa didalam setiap harta benda, mesti telah menjadi milik pribadi yang sah, tetap harus memiliki fungsi sosial. Meningkatkan banyaknya aset-aset yang digunakan untuk kepentingan umum yang sesuai dengan ajaran Islam. Wakaf adalah sumberdaya potensial bagi kepentingan peningkatan kualitas umat,seperti pendidikan, kesehatan, kesejahtraan, ekonomi, dakwah dan lain sebagainya. Wakaf merupakan peluang amal saleh untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Wakaf diharapkan mampu memandirikan ummat Islam dalam berbagai persoaalan sosial ekonomi dan melepaskan diri dari ketergantungan dengan berbagai pihak yang tidak sejalan dan setujuaan dengan ummat Islam, Wakaf sekaligus menjaddi instrumen penting dalam mewujudkan sistem ekonomi syari'ah.(Metode Komunikasi Penyuluhan Wakaf - Departemen Agama RI 2009) Adakah sah seseorang itu berwakaf hanya dengan mengisi borang dan menurunkan tandatangan sahaja atau dengan melafazkan wakaf tanpa ada yang menerima atau saksi

Selasa, 28 April 2015

Hikmah Indah di Balik Syariat Menikah

Hikmah Indah di Balik Syariat Menikah

Oleh: Al-Ustadzah Ummu Luqman Salma

Sesungguhnya, Allah Yang Maha Pencipta dan Mahabijaksana meletakkan kebahagiaan dan keselamatan di atas fitrah-Nya yang berlaku hingga akhir zaman. Nafsu seksual adalah salah satu fitrah yang ditetapkan oleh Allah l pada diri manusia. Secara alami, wanita menjadi mitra pria dalam memenuhi hasrat biologisnya. Namun, harus diketahui bahwa Allah l memberikan aturan khusus dalam hidup berpasangan. Allah Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana menjadikan pernikahan sebagai sarana yang mulia untuk kelurusan hidup manusia. Islam tidak membiarkan hubungan antara pria dan wanita berlangsung kacau tanpa tatanan.
            Allah l berfirman
            Nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya kalian, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (an-Nur: 32)
            Asy-Syaikh as-Sa’di t mengatakan dalam tafsir ayat ini, “Allah memerintah para wali dan tuan (pemilik budak) agar menikahkan orang-orang sendirian yang berada di bawah perwalian mereka, yaitu orang-orang yang belum memiliki pasangan, baik laki-laki maupun perempuan—janda ataupun gadis. Maka dari itu, kerabat dan wali anak yatim wajib menikahkan orang yang wajib dinafkahinya apabila mereka butuh menikah. Mereka diperintah untuk menikahkan orang yang berada di bawah tanggungannya, maka perintah menikah untuk diri mereka sendiri adalah lebih utama.”
            Ayat ini menunjukkan bahwa pernikahan adalah perintah Allah. Adapun hadits yang memerintahkan pernikahan adalah sabda Nabi kita, Muhammad n,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
            “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu, hendaknya dia menikah. Sebab, menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa menjadi pengekang nafsu syahwatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
            Pernikahan adalah karunia besar dari Allah l kepada manusia. Allah menjadikan wanita sebagai pasangan pria agar terwujud ketenteraman jiwa mereka. Dari para istri akan terlahir anak-anak sebagai penyejuk pandangan, yang akan melayani dan memenuhi kebutuhan mereka, serta berbagai manfaat yang lain.
            Amat disayangkan, budaya seks bebas yang berasal dari orang-orang kafir telah ditiru oleh sebagian kaum muslimin, bahkan kian hari kian merebak. Pemuda-pemudi enggan menikah karena takut akan tanggung jawab yang harus mereka pikul dalam rumah tangga. Akibatnya, mereka mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka. Tanpa bisa dihindari, desakralisasi seks pun terjadi. Bisnis seks dengan segala modelnya muncul tanpa basa-basi. Propaganda untuk menentang Rabb semesta alam telah terjadi, sehingga turunlah sebagian azab Allah l di tengah-tengah umat manusia ini. Wallahul musta’an (hanya Allah-lah yang dimintai pertolongan). Tiada jalan keselamatan di dunia dan di akhirat selain tunduk pada aturan Allah yang menghendaki kebaikan untuk para hamba-Nya yang beriman.
            Pernikahan adalah sarana penyaluran yang aman bagi nafsu syahwat manusia. Sebaliknya, seks bebas akan menjatuhkan kehormatan dan menebarkan beragam penyakit menakutkan. Pernikahan menjaga keturunan manusia agar tidak tersia-siakan, sedangkan seks bebas merusak nasab dan menyebabkan lahirnya anak yang tidak jelas bapaknya. Pada umumnya, anak-anak hasil hubungan seks bebas tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif dan kurang kasih sayang. Akhirnya, mereka pun menjadi manusia-manusia frustrasi yang siap melakukan berbagai penyimpangan, kecuali orang yang dirahmati Rabb-nya.
            Selain itu, pernikahan menjaga wanita agar tidak dihinakan, sedangkan seks bebas menjadikan wanita bagai rumput liar yang siap dilahap oleh binatang mana pun yang datang.
            Sungguh, pernikahan amat besar faedahnya. Tidak ada sedemikian banyak manfaat dalam hubungan antara dua insan sebagaimana halnya yang ada pada hubungan suami istri.
            Di sisi lain, sebagian kaum muslimin berpendapat, lebih baik hidup membujang agar bisa lebih konsentrasi dalam ibadah. Padahal, hidup membujang ala pendeta bukanlah ajaran agama Islam sama sekali. Orang yang tidak mau menikah, padahal mampu melakukannya dan tidak ada uzur baginya, telah menyerupai orang-orang Nasrani yang tidak menikah karena mengikuti pendeta-pendeta mereka. Adapun tindakan menyerupai umat selain muslimin dilarang oleh Islam.
            Sahabat Nabi n yang bernama ‘Utsman bin Mazh’un a meminta izin kepada beliau untuk hidup membujang, maka beliau n melarangnya. Demikianlah Islam, agama yang bersifat pertengahan, memotivasi umatnya untuk menikah. Islam tidak menghalalkan seks bebas yang akan mengakibatkan berbagai kerusakan, tidak pula mengajarkan hidup membujang yang akan memusnahkan umat manusia. Andai hidup membujang tanpa uzur diperbolehkan, bisa jadi banyak umat Islam yang melakukannya sehingga populasi mereka menyusut. Tidak tersisa pilihan bagi kita selain tunduk pada aturan Allah l dan Rasul-Nya n yang demikian sempurna ini.
Hikmah Pernikahan
            Pernikahan memiliki banyak hikmah dan faedah, baik dalam hal keagamaan, keduniaan, kemasyarakatan, maupun kesehatan. Faedah tersebut antara lain:
1.    Menikah berarti menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagai hamba yang bertakwa, tentu kita akan berbahagia jika bisa menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.
2.    Menikah berarti mengikuti Sunnah Rasulullah n. Allah l menjadikan beliau sebagai teladan bagi manusia. Orang-orang yang menyelisihi beliau n akan mendapatkan kerendahan dan kehinaan.
3.    Pernikahan adalah sarana yang halal dan mulia untuk menyalurkan syahwat agar jiwa menjadi tenang dan hati bahagia. Orang yang menahan gejolak syahwat biasanya akan resah dan gelisah.
4. Akan diperoleh banyak keturunan sehingga umat Islam menjadi kuat menghadapi musuh-musuh mereka. Akan terwujud pula kebanggaan Nabi n dengan banyaknya umat beliau di hadapan seluruh nabi dan umat pada hari kiamat.
5. Pernikahan menjaga seseorang agar tidak terjatuh dalam perbuatan mesum. Dengan demikian, dia akan selamat dari berbagai penyakit yang timbul akibat seks bebas. Lebih dari itu, ia akan selamat pula dari adzab di dunia maupun di akhirat kelak.
6. Terdapat pahala dalam memenuhi hak pasangan, misalnya dalam memberi makan istri, mendidik anak, menaati suami, dan lain-lain.
7. Pernikahan mewujudkan keteraturan hubungan antara laki-laki dan perempuan.
8. Pernikahan adalah sarana mendapatkan kecukupan dan keluar dari kemiskinan. Hal ini sebagaimana termaktub dalam firman Allahﮋ :
            “Jika mereka miskin, Allah akan memberi mereka kecukupan dengan karunia-Nya. (an-Nur: 32)
            Wallahu a’lam bish-shawab.

FADHILAH ZAKAT

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc

Membayar zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang sangat penting setelah dua kalimat syahadat dan shalat. Banyak sekali dalil syar’i dari Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma’ kaum muslimin yang menunjukkan secara jelas dan gamblang bahwa membayar zakat merupakan kewajiban agama yang jika seorang muslim meninggalkannya karena mengingkari kewajibannya, maka ia menjadi kafir (murtad), karena pada hakikatnya ia telah mendustakan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini sebagaimana pendapat yang disepakati para ulama secara ijma’. (Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah II/572, dan Al-Majmu’ karya imam An-Nawawi V/334). Dia harus bertaubat jika ingin kembali diakui lagi sebagai seorang muslim. Jika dia enggan bertaubat, maka berdasarkan dalil-dalil syar’i boleh untuk diperangi.
Orang yang enggan membayar kewajiban zakat karena kikir atau membayarnya namun tidak sesuai kewajibannya maka ia telah berbuat zhalim dan terancam dengan ancaman Allah yang sangat keras. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya:
وَالَّذِينَ يَكْنزونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34) يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنزتُمْ لأنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنزونَ (35)
“…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah: 34-35)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً، فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ ، لَهُ زَبِيبَتَانِ ، يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ – يَعْنِى شِدْقَيْهِ – ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ ، أَنَا كَنْزُكَ » ثُمَّ تَلاَ ( لاَ يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ ) الآيَةَ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang diberi oleh Allah harta kemudian ia tidak membayar zakatnya, maka akan dijelmakan harta itu pada hari kiamat dalam bentuk ular yang kedua kelopak matanya menonjol. Ular itu melilitnya kemudian menggigit dengan dua rahangnya sambil berkata: “Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu”. Lalu beliau membacakan firman Allah Ta’ala, yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat”. (QS. Ali ‘Imron: 180). (HR. Bukhari II/508 no.1338)
Beberapa Keutamaan Dan Faedah Zakat
Membayar Zakat dan mengeluarkan infaq dan shodaqoh memiliki keutamaan dan faedah yang sangat banyak di dunia maupun di akhirat, di antaranya:
1. Membayar zakat merupakan salah satu sifat orang-orang baik yang akan menjadi penghuni Surga.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta).” (QS. Adz-Dzaariyaat: 15-19)
2. Membayar zakat merupakan salah satu sifat orang-orang beriman yang berhak diberi rahmat (kasih sayang) oleh Allah.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71)
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
3. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, dan harta (zakat)nya akan ditumbuh kembangkan oleh Allah.
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”. (QS. Al-Baqarah: 276)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ – وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ – وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ »
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa bersedekah senilai dengan sebiji Kurma dari penghasilan yang baik (halal) –dan Allah hanya menerima sedekah yang baik (halal)-, maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia menumbuh-kembangkannya bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang dari kamu menumbuh-kembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti (sepenuh) gunung.” (HR. Bukhari II/511 no.1344, dan Muslim II/702 no.1014).
4. Membayar Zakat merupakan salah satu sebab dihapuskannya kesalahan dan dosa.
Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Dan sedekah itu dapat menghapuskan dosa (kesalahan) sebagaimana air dapat memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi V/11 no.2616, dan Ahmad V/231 no.22069).
5. Membayar Zakat akan mensucikan harta dan jiwa pelakunya, menumbuh-kembangkan harta (Zakat)nya, dan menjadi sebab terbukanya pintu-pintu rezeki. Dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
Dan diriwayatkan dari Abu Gharzah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah berwasiat kepada para pedagang dengan sabdanya:
يَا مَعْشَرَ التُّجَّارِ إِنَّ الْبَيْعَ يَحْضُرُهُ الْحَلِفُ وَاللَّغْوُ فَشُوبُوهُ بِالصَّدَقَةِ
“Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli ini dicampuri dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia dengan shadaqah.” (HR. Ahmad IV/6 no.16179, Nasai VII/14 no.3797, dan Ibnu Majah II/726 no.2145. Dan dinyatakan Shahih oleh syaikh Al-Albani).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah (Zakat) itu tidak akan mengurangi harta benda.” (HR. Muslim IV/2001 no.2588).
6. Membayar Zakat merupakan sebab datangnya segala kebaikan. Sedangkan meninggalkan kewajiban Zakat akan menyebabkan terhalangnya kebaikan-kebaikan.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam:
وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا
“Dan tidaklah mereka meninggalkan kewajiban (membayar) zakat harta benda mereka melainkan hujan tidak akan diturunkan kepada mereka. kalau sekiranya bukan karena binatang ternak, niscaya mereka tidak akan diberi hujan (yakni mereka ditimpa kekeringan, pent).” (HR. Ibnu Majah II/1332 no.4019, dan di-shahih-kan oleh syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.105).
7. Orang yang membayar Zakat (atau sedekah) dengan niat ikhlas karena Allah akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy Allah di hari kiamat.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ, وذكر فيه :… وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ …
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, diantaranya yaitu: “Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari I/234 no.629, dan Muslim II/715 no.1031)
8. Membayar Zakat (atau sedekah) dapat mencegah (atau mengobati) berbagai macam penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah.” (Shahih At-Targhib)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam juga pernah bersabda kepada orang yang mengeluhkan tentang kekerasan hatinya:
إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ
“Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad II/263 no.7566, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu . namun dinyatakan Dho’if oleh syaikh Syu’aib Al-Arnauth karena di dalam sanadnya ada seorang perawi yang majhul (tidak jelas identitasnya)).
9. Orang yang berinfaq akan didoakan kebaikan oleh malaikat setiap hari.
Hal ini bedasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidaklah seorang hamba berada pada suatu hari melainkan akan turun dua malaikat yang salah satunya mengucapkan (doa), “Ya, Allah berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan”, dan malaikat yang lain mengucapkan (doa), “Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil/kikir kebinasaan (hartanya).” (HR. Bukhari II/522 no.1374, dan Muslim II/700 no.1010, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
10. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ
“Shadaqah merupakan bukti (keimanan).” (HR.Muslim I/203 no.223)
11. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup para fakir miskin.
12. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosisal, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah pada umumnya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
13. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang. Karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.
Demikian beberapa keutamaan dan faedah Zakat atau shodaqaoh dan infak yang dapat kami sebutkan. Semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat, dan dapat menyadarkan kita semua akan penting dan wajibnya Zakat, serta memotivasi kita untuk bersemangat dalam melaksanakannya. Wabillahi at-Taufiq.
[Sumber: Majalah PENGUSAHA MUSLIM, Edisi.. Volume 2 tahun 1432 / 2011

Selasa, 21 April 2015

DO’A SEBELUM BERSETUBUH UNTUK SUAMİ-İSTRİ


حَدَّثَنَا يَحْيَ بْنِ يَحْيَ وَ إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ (وَاللَّفْظُ لِيْحَيَ) قَالَ: أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالَمٍ عَنْ كَرِيبٍ عَنْ ابْنِ عَبّاسٍ. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : : أَنَّ أَحَدَهُمْ، إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، قَالَ: بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ. وَ جَنِّبْنِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فَي ذَالِكَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
﴿رَوَاهُ صَحِيحْ مُسْلِمْ :  ١٤١٣، صَحِيحْ الْبُخَارِي:٥١٦٥﴾
Sabda Rasulullah Shollallahu ‘Alayhi Wasallam : “Jika diantara kalian bersetubuh dengan istrinya (atau istri dengan suaminya), seraya berdoa wahai Allah jauhkanlah syaitan dari kami, wahai Allah jauhkanlah syaitan dari anugerah yang akan Kau berikan pada kami. Maka jika ditentukan bagi mereka anak, tak akan di perangkap syaitan selama-lamanya ” (Shahih Bukhari)





“Apabila seseorang membaca doa berikut ini sebelum menggauli isterinya: 
 بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ. وَ جَنِّبْنِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
"Bismillahi Allahumma jannibnas-syaithoona wa jannibnis-syaithoona maa rozaqtanaa" (Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah syetan dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Eukau rizkikan kepada kami (anak, keturunan), kemudian dari hubungan tersebut ditakdirkan menghasilkan seorang anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan selamanya"
Jika dari hubungan itu lahir
seorang anak atau bayi, maka syaitan tidak akan mampu memperangkapnya. Namun ucapan ini bersifat ‘aam makhsus (Umum dan dikhususkan), dimana yang dimaksud bukan berarti anak tersebut tidak akan bisa digoda oleh syaitan akan tetapi tidak anak tersebut tidak akan terjebak oleh syaitan ke dalam dosa-dosa besar. Oleh karena itu, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada ummatnya akan tuntunan keselamatan seorang anak sebelum ia terlahirkan dan masih berada di sulbi ayahnya, yaitu dengan membaca doa tersebut di atas. Maka para generasi di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu keturunan para sahabat adalah para imam-imam besar, para tabi’in dan hujjatul islam. Akan tetapi semakin manusia menjauhi sunnah ketika berhubungan antara suami dan istri, yang hubungan mereka hanya sekedar sebagai pelampiasan nafsu saja, maka dari sana terlahirlah para generasi yang mudah terjebak dalam perangkap syaitan, seperti perbuatan zina, narkotika dan lainnya, karena sebelum terlahir ia tidak terjaga oleh cahaya tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Senin, 13 April 2015

kafilah Kotim Terbaik Pertama di STQ Kalteng


Wagub Kalteng Ir. H. Achmad Diran menyerah Piala Terbaik I kepada Asisten I Pemkab Kotim Drs. Sugia Noor pada malam penutupan STQ XX Provinsi Kalimantan Tengah di Sukamara, Jum`at (10/4) Malam.
Sampit (Inmas) Pada Seleksi Tilawatil Quran (STQ) XX tingkat Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 di Kabupaten Sukamara, kafilah Kabupaten Kotawaringin Timur berhasil memperbaiki peringkat kejuaraan.
Kafilah Bumi Habaring Hurung sukses merebut posisi pertama dalam nominasi empat besar perolehan medali. Sementara untuk juara umum  diraih kafilah Kota Palangka Raya.
Prestasi ini meningkat jauh dibanding STQ ke 19 di Kabupaten Lamandau tahun 2013 lalu, kafilah Kotim hanya berhasil menduduki posisi 6 besar dari 14 kabupaten/kota se-Kalteng.
“Alhamdulillah, STQ tahun ini kita bisa memperbaiki peringkat dan menyisihkan dua belas kafilah kabupaten/kota yang berpartisipasi pada STQ kali ini”, ucap Ketua rombongan Drs. H. Burhanuddin H.AB, MM.
Dikatakan Ebui sapaan akrabnya, hasil yang diperoleh di Sukamara ini menjadi modal yang sangat berharga untuk menghadapi MTQ XVIII di Kota Palangka Raya. Selain itu, pola pembinaan yang sudah dijalankan akan ditingkatkan agar kafilah Kotim lebih siap untuk bersaing diperhelatan MTQ yang akan datang.
Adapun cabang-cabang yang berhasil menyumbang gelar juara untuk kafilah Kotim diantaranya cabang tilawah memperoleh 5 gelar juara terdiri dari golongan tartil putra juara terbaik III (Muhammad Hafi Kurniawan) dan juara harapan I putri (Aulia Nadia), golongan tilawah anak-anak putra juara terbaik II (Ahmad Najib), golongan dewasa putri juara terbaik III (Ulpati), golongan qiraat sab`ah purti juara terbaik I (Nor Khairia).
Pada cabang tahfizh hanya memperoleh 3 gelar juara terdiri dari golongan  10 juz putra juara terbaik II (Fitriadi) dan putri juara harapan II (Nur Jannah), golongan 30 juz putri juara terbaik II (Firda Mihyati). Sedangkan pada cabang tafsir golongan bahasa Indonesia peserta dari kafilah Kotim tetap menjadi yang terbaik dengan menyabet gelar juara terbaik I (Imam Mulhakim, S.Pd.I).
Untuk cabang khat Alquran berhasil mengumpulkan 6 piala kejuaraan, terdiri dari golongan hiasan mushab putra juara harapan I (Ahmad Faruqi, S.Kom.I) dan putri juara harapan I (Fitri Yulianti), golongan naskah putra juara harapan III (Joni) dan putri juara terbaik I (Arbatina), golongan dekorasi putra juara terbaik I (Rustam Efendi) dan putri juara terbaik II (Nani Alfisah). Sedangkan untuk cabang musabaqah makalah Alquran peserta dari kafilah Kotim memperoleh juara terbaik II diraih oleh Adi Supriawan. (tiariyanto)
 
Sumber : http://kalteng.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=252184 

Kamis, 09 April 2015

                     Nasihat Perkawinan

family copy
Dalam menjalani kehidupan, pernikahan dan membina rumah tangga adalah salah satu sunnatullah dan menjadi episode di dalamnya. Sepanjang perjalanannya ada suka dan duka yang mengiringinya. Semoga nasihat singkat berikut ini bisa menjadi pengingat bagi kita yang menjalaninya.
KETIKA AKAN MENIKAH. Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita. Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.
KETIKA MELAMAR. Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
KETIKA AKAD NIKAH. Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah.
KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN. Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendo’akan anda, karena anda harus berpikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berpikir untuk bercerai karena menyia-nyiakan do’a mereka.

SEJAK MALAM PERTAMA. Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA. Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.
KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG. Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.
KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK. Cintailah pasangan anda 100%.
KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK. Jangan bagi cinta anda kepada pasangan dan anak anda, tetapi cintailah pasangan anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.
KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK. Yakinlah bahwa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat
ketaatan suami & isteri.
KETIKA EKONOMI MEMBAIK. Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.
KETIKA MENDIDIK ANAK. Jadilah teladan yang baik bagi anak-anak dalam kehidupan rumah tangga.
KETIKA ANDA ADALAH SUAMI. Boleh bermanja-manja kepada isteri, tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.
KETIKA ANDA ADALAH ISTERI. Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan. Orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.
KETIKA ANAK BERMASALAH. Yakinilah bahwa tidak ada seorang anak pun yang tidak mau bekerja sama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
KETIKA ADA PIL (Pria Idaman Lain). Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.
KETIKA ADA WIL (Wanita Idaman Lain). Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.
KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS. Gunakanlah formula 7 K: Ketaqwaan, Kasih sayang, Kesetiaan, Komunikasi, Keterbukaan, Kejujuran dan Kesabaran.

TATA CARA PERMOHONAN ISBAT NIKAH (VOLUNTAIR).


  1. Permohonan isbat nikah dapat di ajukan oleh suami isteri, atau salah satunya, anak, wali nikah, atau pihak lain yang berkepentingan yang ditujukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon.

  2. Pengajuan isbat nikah dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan/permohonan perceraian.  Permohonan isbat nikah adalah termasuk perkara voluntair, tetapi jika salah seorang suami atau isteri meninggal dunia, maka permohonan perkara isbat nikah seperti ini termasuk kontentius, dan semua ahli warisnya harus dijadikan “pihak”.

  3. Pihak Pemohon yang mengajukan isbat nikah, terlebih dahulu harus membayar panjar biaya perkara ke Bank yang ditunjuk, . Bagi yang tidak mampu membayar biaya perkara, dapat mengajukannya dengan Cuma-Cuma/prodeo.

  4. Setelah pembayaran panjar biaya perkara dilakukan, kemudian pemohon mendaftarkan perkaranya ke Pengadilan Agama dengan melampirkan bukti slip pembayarkan lewat  Bank tersebut, dan selanjutnya pemohon pulang dan menunggu panggilan sidang.

  5. Ketua PA,  membuatkan PMH dan majelis hakim yang ditetapkan harus segera membuatkan PHS/ penetapan hari sidang, yang sebelumnya diumumkan dalam waktu 14 hari melalui radio. Dan setelah 14 hari  diumumkan itu, baru sidang dapat dilakukan, dan pemohon dipanggil oleh juru sita untuk menghadiri sidang itu,  minimal 3 hari kerja sebelum  sidang  dilaksanakan.

  6. Jika permohonan dikabulkan, Pengadilan Agama akan mengeluarkan Penetapan,  salinan penetapan ini dapat diambil dalam jangka waktu setelah 14 hari dari sidang pembacaan penetapat tersebut/ sidang berakhir.

  7. Salinan Penetapan dapat diambil sendiri atau mewakilkan kepada orang lain dengan surat kuasa, dan selanjutnya salinan penetapan ini dibawa dan diserahkan kepada Kantor KUA tempat tinggal pemohon, untuk dicatatkan dalam register dan menggantikannya dengan Buku Nikah.
            Kantor Urusan Agama Kecamatan Parenggean siap mencatatkan pernikahan anda
                                  ( Janganlah Nikah Siri)

Selasa, 07 April 2015


Tata Cara Pendaftaran Nikah

Kantor Urusan Agama Kecamatan Parenggean Tolak Gratifikasi

37 kebiasaan orang tua dalam mendidik anak

 


Berikut 37 kebiasaan orang tua dalam mendidik anak yang dapat menghasilkan perilaku buruk pada anak
1. Raja yang Tak Pernah Salah

Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.

Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.

Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis?
Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”



2. Berbohong Kecil, Berbohong pada Anak


Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? KArena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?

Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.

Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:

“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”

Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.

3. Banyak Mengancam
“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik, nanti Mama/Papa marah!”

Mengancam Anak


Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”

Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.

4. Bicara Tidak Tepat Sasaran, Bicara tepat sasaran


Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2 atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku. Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru.

Dari sekian banyak percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami (tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan , ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala usahanya untuk berubah.

5. Menekankan pada Hal-hal yang salah

Kebiasaan ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar. Pada saat anak kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba melerai atau bahkan memarahi. Tapi apakah kita sebagai orang tua memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur? Kita seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.” Peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.

6. Merendahkan Diri Sendiri


Apa yang anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.

Perhatikanlah kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkanlah aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya “lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”. Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.

7. Papa dan Mama Tidak Kompak

Mendidik abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya. Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya. Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress.

Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”

8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, atau Pihak Lain

Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.



Seperti pada kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan orang tuanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.

9. Menakuti Anak
Kebiasaan ini lazim dilakukan oleh para orang tua pada saat anak menangis dan berusaha untuk menenangkannya. Kita juga terbiasa mengancam anak untuk mengalihkan perhatiannya, “Awas ada Pak Satpam, ga boleh beli mainan itu!” Hasilnya memang anak sering kali berhenti merengek atau menangis, namun secara tidak sadar kita telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan.



Sebaiknya, berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak2 juga mampu berpikir dewasa. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi Papa/Mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.

10. Ucapan dan Tindakan Tidak Sesuai


Berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidk anak. Konsisten merupakan keseuaian antara yang dinyatakan dan tidakan. Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, dan ia sanga menghormati orang-orang yang menepati janji baik untuk beri hadiah atau janji untuk memberi sanksi. So, jangan pernah mengumbar janji ada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mengikuti permintaan kita seperti segera mandi, selalu belajar, tidak menonton televisi.

Pikirlah terlebih dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.

11. Hadiah untuk Perilaku Buruk Anak

Acapkali kita tidak konsisten dengan pernyataan yang pernah kita nyatakan. Bila hal ini terjadi, tanpa kita sadari kita telah mengajari anak untuk melawan kita. Contoh klasik dan sering terjadi adalah pada saat kita bersama anak di tempat umum, anak merengek meminta sesuatu dan rengekennya menjadi teriakan dan ada gerak perlawanan. Anak terus mencari akal agar keinginnanya dikabulkan, bahkan seringkali membuat kita sebagai orang tua malu. Pada saat inilah kita seringkali luluh karena tidak sabar lagi dengan rengekan anak kita. Akhirnya kita mengiyakan keinginan si Anak. “Ya sudah;kamu ambil satu permennya. Satu saja ya!”

Pernyataan tersebut adalah sebagai hadiah bagi perilaku buruk si Anak. Anak akan mempelajarinya dna menerapkannya pada kesempatan lain bahkan mungkin dengan cara yang lebih heboh lagi.

Menghadapi kondisi seperti ini, tetaplah konsisten; tidak perlu malu atau takut dikatakan sebagai orang tua yang kikir atau tega. Orang beefikir demikian belum membaca buku tentang ini dan mengalami masalah yang sama dengan kita. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak, Sekali kite konsisten anak tak akan pernah mencobanya lagi. Tetaplah KONSISTEN dan pantang menyerah! Apapun alasannya, jangang pernah memberi hadiah pada perilaku buruk si anak.

12. Merasa Bersalah Karena Tidak Bisa Memberikan yang Terbaik

Kehidupan metropolitan telah memaksa sebagian besar orang tua banyak menghabiskan waktu di kantor dan di jalan raya daripada bersama anak. Terbatasnya waktu inilah yang menyebabkan banyak orang tua merasa bersalah atas situasi ini. Akibat dari perasaan bersalah ini, kita, para orang tua menyetujui perilaku buruk anaknya dengan ungkapan yang sering dilontarkan, “Biarlah dia seperti ini mungkin karena saya juga yang jarang bertemu dengannya…”

Semakin kita merasa bersalah terhadap keadaan, semakin banyak kita menyemai perilaku buruk anak kita. Semakin kita memaklumi perilaku buruk yang diperbuat anak, akan semakin sering ia melakukannya. Sebagian besar perilaku anak bermasalah yang pernah saya (penulis) hadapi banyak bersumber dari cara berpikir orang tuanya yang seperti ini.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Apa pun yang bisa kita berikan secara benar pada anak kita adalah hal yang terbaik. Kita tidak bisa membandingkan kondisi sosial ekonomi dan waktu kita dengan orang lain. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak sama. Ada orang yang punya kelebihan pada sapek finansial tapi miskin waktu bertemu dengan anak, dan sebaliknya. Jangan pernah memaklumi hal yang tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika kita hanya punya sedikit waktu; gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa sepenuhnya antara sisa2 tenaga kita, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi mereka dan keluarga kita, anak akan terbiasa.

13. Mudah menyerah dan pasrah


Setiap manusia memiliki watak yang berbeda-beda, ada yang lembut dan ada yang keras. Dominan flegmatis adalah ciri atak yang dimiliki oleh sebagian orang tua yang kurang tegas, mudah menyerah, selalu takut salah dan cenderung mengalah, pasrah. Konflik ini biasanya terjadi bila seorang yang flegmatis mempunyai anak yang berwatak keras.

Dalam kondisi kita sebagai orang tua yang tidak tegas dan mudah menyerah, si anak justru keras dan lebih tegas. Akibatnya dalam banyak hal, si anak jauh lebih dominan dan mengatur orang tuanya. Akibat lebih lanjut, orang tua sulit mengendalikan perilaku anaknya dan cenderung pasrah. Saya [penulis] sering mendengar ucapan dari para orang tua yang Dominan Flegmatis, “Duh… anak saya itu memang keras betul… saya sudah nggak sanggup lagi mengaturnya.” Atau “Biar sajalah apa maunya, saya sudah nggak sanggup lagi mendidiknya.”.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Belajarlah dan berusahalah dengan keras untuk menjadi lebih tegas dalam mengambil keputusan, tingkatkan watak keteguhan hati dan pantang menyerah. Jiak perlu ambil orang orang yang kita anggap tegas untuk jadi penasihat harian kita.

14. Marah Yang Berlebihan

Kita seringkali menyamakan antara mendidik dengan memarahi. Perlu untuk selalu diingat, memarahi adalah salah satu cara mendidik yang paling buruk. Pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena kita tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain [dan biasanya yang lebih lemah, kalo ama yang lebih kuat ya takut].

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah bicara pada saat marah! Jadi tahanlah dengan cara yang nyaman untuk kita lakukan seperti masuk kamar mandi atau pergi menghindar sehingga amarah mereda. Yang perlu dilakukan adalah bicara “tegas” bukan bicara “keras”. Bicara yang tegas adalah dengan nada yang datar, dengan serius dan menatap wajah serta matanya dalam dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional, sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi.

Satu contoh lagi yang kurang baik, pada saat marah biasanya kita emosi dan mengucapkan/melakukan hal hal yang kelak kita sesali, setelah ini terjadi, biasanya kita akan menyesal dan berusaha memperbaikinya dengan memberikan dispensasi atau membolehkan hal hal yang sebelumnya kita larang. Bila hal ini berlangsung berulang kali, maka anak kita akan selalu berusaha memancing amarah kita, yang ujung ujungnya si anak menikmati hasilnya. Anak yang sering dimarahi cenderung tidak jadi lebih baik kok.

15. Gengsi untuk Menyapa
Kita pasti pernah mengalami bahwa kita terlanjur marah besar pada anak, biasanya amarah terbawa lebih dari sehari, akibat dari rasa kesal yang masih tersisa dan rasa gengsi, kita enggan menyapa anak kita. Masing masing pihak menunggu untuk memulai kembali hubungan yang normal.

Apa yang harus kita lakukan agar komunikasi mencair kembali? Siapa yang seharusnya memulai? Kita sebagai orangtua lah yang seharusnya memulai saat anak mulai menunjukkan tanda tanda perdamaian dan mengikuti keinginan kita. Dengan cara ini kita dapat menunjukkan pada anak bahwa kita tidak suka pada sikap sang anak, bukan pada pribadinya.

16. Memaklumi yang tidak pada tempatnya
Ini biasanya terjadi pada kebanyakan orang tua konservatif. Misalnya melihat anak laki laki yang suka usil, nakal banget dan suka ngacak, orang tuanya cenderung mengatakan, “Yah… anak cowo emang harus bandel” atau saat melihat kakak adik lagi jambak jambakan, mamanya bilang “maklumlah… namanya juga anak anak”. Atau bahkan ketika si anak memukul teman atau mbaknya, orang tua masih juga sempat berkelit dengan mengatakan “ya begitu deh, maklumlah namanya juga anak anak. Nggak sengaja…”

Bila kita selalu memaklumi tindakan keliru yang dilakukan anak anak, otomatis si anak berpikir perilakunya sudah benar, dan akan jadi sangat buruk kalau terbawa sampai ke dewasa.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu memaklumi hal yang tidak perlu dimaklumi kok, kita harus mendidik setiap anak tanpa kecuali sesuai dengan sifat dasarnya. Setiap anak bisa dididik dengan tegas[ingat: bukan keras] sejak usia 2 tahun. Semakin dini usianya, semakin mudah untuk dikelola dan diajak kerja sama. Anak kita akan mau bekerja sama selama kita selalu mengajaknya dialog dari hati ke hati, tegas, dan konsisten. Ingat, tidak perlu menunggu hingga usianya beranjak dewasa, karena semakin bertambah usia, semakin tinggi tingkat kesulitan untuk mengubah perilaku buruknya.

17. Penggunaan istilah yang tidak jelas maksudnya
Seberapa sering kita sebagai orang tua mengungkapkan pernyataan seperti “Awas ya, kalau kamu mau diajak sama mama/papa, tidak boleh nakal!” atau, “awas ya, kalau nanti diajak sama mama/papa, jangan bikin malu mama”, bisa juga terungkap, “kalo mau jalan jalan ke taman bermain, jangan macam macam ya”.

Nah, tanpa disadari kita seringkali menggunakan istilah istilah yang sulit dimengerti ataupun bermakna ganda. Istilah ini akan membingungkan anak kita. dalam benak mereka bertanya apa yang dimaksud dengan nakal, tingkah laku apa yang termasuk dalam kategori nakal, begitu pula dengan istilah “jangan macam macam”, perilaku apa yang termasuk kategori “macam macam”. Selain bingung, mereka juga akan menebak nebak arti dari istilah istilah tersebut.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Bicaralah dengan jelas dan spesifik, misalnya “Sayang, kalau kamu mau ikut mama/papa, tidak boleh minta mainan, permen, dan tidak boleh berteriak teriak di kasir seperti kemarin ya”. Hal ini penting agar anak mengetahui batasan batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta jangan lupa menyepakati apa konsekuensinya bila kesepakatan ini dilanggar.

18. Mengharap perubahan instan
Kita terbiasa hidup dalam budaya yang serba instant, seperti mie instant, susu instant, teh instant. Sehingga kita anak berbuat salah, kita sering ingin sebuah perubahan yang instant pula, misal ketika biasa terlambat bangun, nggak beresin tempat tidur, sulit dimandikan, kita ingin agar anak kita berubah total dalan jangka waktu sehari.

Apabila kita sering memaksakan perubahan pada anak kita dalam waku singkat tanpa tahapan yang wajar, kemungkinan besar anak sulit memenuhinya. Dan ketika ia gagal dalam memenuhi keinginan kita, ia akan frustasi dan tidak yakin bisa melakukanannya lagi. Akibatnya ia memilih untuk melakukan perlawanan seperti banyak bikin alasan, acuh tak acuh, atau marah marah pada adiknya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita mengharapkan perubahan kebiasaaan pada anak, berikanlah waktu untuk tahapan tahapan perubahan yang rasional untuk bisa dicapainya. Hindari target perubahan yang tidak mungkin bisa dicapainya. Bila mungkin, ajaklah ia untuk melakukan perubahan dari hal yang paling mudah. Biarkanlah ia memilih hal yang paling mudah menurutnya untuk diubah. Keberhasilannya untuk melakukan perubahan tersebut memotivasi anak untuk melakukan perubahan lainnya yang lebih sulit. Puji dan jika perlu rayakan keberhasilan yang dicapainya, sekecil dan sesederhana apapun perubahan itu. Hal ini untuk menunjukkan betapa seriusnya perhatian kita terhadap usaha yang telah dilakukannya. Pusatkan perhatian dan pujian kita pada usahanya, bukan pada hasilnya.

19. Pendengar yang buruk
Sebagian besar orang tua adalah pendengar yang buruk bagi anak anaknya. Benarkah? Bila ada suatu masalah yang terjadi pada anak, orang tua lebih suka menyela, langsung menasehati tanpa mau bertanya permasalahannya serta asal usul kejadiannya.

Sebagai contoh, anak kita baru saja pulang sekolah yang mestinya pulangnya siang, dia datang di sore hari. Kita tidak mendapat keterangan apapun darinya atas keterlambatan tersebut. Tentu saja kita kesal menunggu dan sekaligus khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah, kita langsung menyambutnya dengan serentetan pertanyaan dan omelan. Bahkan setiap kali anak hendak bicara, kita selalu memotongnya. Akibatnya ia amalah tidak mau bicara dan marah pada kita.

Bila kita tidak berusaha mendengarkan mereka, maka mereka pun akan bersikap seperti itu pada kita dan akan belajar mengabaikan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita tidak menghendaki hal ini terjadi, maka mulai saat ini jadilah pendengar yang baik. Perhatikan setiap ucapannya. Ajukan pertanyaan pertanyaan untuk menunjukkan ketertarikan kita akan persoalan yang dihadapinya.

20. Selalu menuruti permintaan anak.
Apakah anak kita adalah anak semata wayang? Atau anak laki laki yang ditunggu tunggu dari beberapa anak perempuan kakak-kakaknya? Atau mungkin anak yang sudah bertahun tahun ditunggu tunggu? Fenomena ini seringkali menjadikan orang tua teramat sayang pada anaknya sehingga ia menerapkan pola asuh open bar, atau mo apa aja boleh atau dituruti.

Seperti Radja Ketjil, semakin hari tuntutannya semakin aneh dan kuat, jika ini sudah menjadi kebiasaan akan sulit sekali membendungnya. Anak yang dididik dengan cara ini akan menjadi anak yang super egois, tidak kenal toleransi, dan tidak bisa bersosialisasi.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Betapapun sayangnya kita pada anak, jangan lah pernah memberlakukan pola asuh seperti ini. Rasa sayang tidak harus di tunjukkan dengan menuruti segala kemauannya. Jika kita benar sayang, maka kita harus mengajarinya tentang nilai baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang nggak. Jika tidak, rasa sayang kita akan membuat membuatnya jadi anak yang egois dan ‘semau gue’. Inilah yang dalam bahasa awam sering disebut anak manja.

21. Terlalu Banyak Larangan
Ini adalah kebalikan dari kebiasaan di atas. Bila Kita termasuk orang tua yang berkombinasi Melankolis dan Koleris, kita mesti berhati2 karena biasanya kombinasi ini menghasilkan jenis orang tua yang “Perfectionist”. Orang tua jenis ini cenderung ingin menjadikan anak kita seperti apa yang kita inginkan secara SEMPURNA, kita cenderung membentuk anak kita sesuai dengan keinginan kita; anak kita harus begini tidak boleh begitu; dilarang melakukan ini dan itu.

Pada saatnya anak tidak tahan lagi dengan cara kita. Ia pun akan melakukan perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri (jika anak kita tipe sensitive) atau dengan perlawanan tersembunyi (jika anak kita tipe keras) atau dengan perang terbuka (jika anak kita tipe ekspresif keras). Oleh karena itu, kurangilah sifat perfeksionis kita, Berilah izin kepada anak untuk melakukan banyak hal yang baik dan positif. Berlatihlah untuk selalu berdialog agar kita bisa melihat dan memahami sudut pandang orang lain. Bangunlah situasi saling mempercayai antara anak dan kita. Kurangilah jumlah larangan yang berlebihan dengan meminta pertimbangan pada pasangan kita. Gunakan kesepakatan2 untuk memberikan batas yang lebih baik. Misal, kamu boleh keluar tapi jam 9 malam harus sudah tiba di rumah. Jika kemungkinan pulang terlambat, segera beri tahu Papa/Mama.

22. Terlalu Cepat Menyimpulkan
Ini adalah gejala lanjutan jika kita sebagai orang tua yang mempunyai kebiasaan menjadi pendengar yang buruk. Kita cenderung memotong pembicaraan pada saat anak kita sedang memberi penjelasan, dan segera menentukan kesimpulan akhir yang biasanya cenderung memojokkan anak kita. Padahal kesimpulan kita belum tentu benar, dan bahan seandainya benar, cara seperti ini akan menyakitkan hati anak kita.

Seperti contoh anak yang pulang terlambat. Pada saat anak kita pulag terlambat dan hendak menjelaskan penyebabnya, kita memotong pembicaraannya dengan ungkapan, “Sudah! Nggak pake banyak alesan.” Atau “Ah, Papa/Mama tahu, kamu pasti maen ke tempat itu lagi kan?!”.

Jika kita emlakukan kebiasaan ini terus menerus, anak akan berpikir kita adalah orang tua ST 001 [alias Sok Tau Nomor Satu], yang tidak mau memahami keadaan dan menyebalkan. Lalu mereka tidak mau bercerita atau berbicara lagi, dan akibat selanjutnya sang anak akan benar benar melakukan hal hal yang kita tuduhkan padanya. Ia tidak mau mendengarkan nasehat kita lagi, dan pada tahapan terburuk, dia akan pergi pada saat kita sedang berbicara padanya. Pernahkah anda mengalami hal ini?

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah memotong pembicaraan dan mengambil kesimpulan terlalu dini. Tak seorang pun yang suka bila pembicaraannya dipotong, apalagi ceritanya disimpulkan oleh orang lain.

Dengarkan, dengarkan, dan dengarkan sambil memberikan tanggapan positif dan antusias. Ada saatnya kita akan diminta bicara, tentunya setelah anak kita selesai dengan ceritanya. Bila anak sudah membuka pertanyaan, “menurut Papa/Mama bagaimana?” artinya ia sudah siap untuk mendengarkan penuturan atau komentar kita.

23. Mengungkit kesalahan masa lalu
Kebiasan menjadi pendengar yang buruk dan terlalu cepat menyimpulkan akan dilanjutkan dengan penutup yang tidak kalah menyakitkan hati anak kita, yakni dengan mengungkit ungkit catatan kesalahan yang pernah dibuat anak kita. Contohnya, “Tuh kan Papa/Mama bilang apa? Kamu tidak pernah mau dengerin sih, sekarang kejadian kan. Makanya dengerin kalau orang tua ngomong. Dasar kamu emang anak bodo sih.”

Kiat berharap dengan mengungkit kejadian masa lalu, anak akan belajar dari masalah. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ia akan sakit hati dan berusaha mengulangi kesalahannya sebagai tindakan balasan dari sakit hatinya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita tidak ingin anak berperilaku buruk lagi, jangan lah diungkit ungkit masa lalunya. Cukup dengan tatapan mata, jika perlu rangkullah ia. Ikutlah berempati sampai dia mengakui kesalahan dan kekeliruannya. Ucapkan pernyataan seperti “manusia itu tempatnya salah dan lupa, semoga ini menjadi pelajaran berharga buat kamu”, atau “Papa/mama bangga kamu bisa menemukan hikmah positif dari kejadian ini”. Jika ini yang kita lakukan, maka selanjutnya dia akan lebih mendengar nasehat kita. Coba dan buktikanlah!.

24. Suka Membandingkan
Hal yang paling menyebalkan adalah saat kita dibandingkan dengan orang lain. Bila kita sedang berada di suatu acara dan bertemu dengan orang yang berpakaian hampir sama atau berwarna sama, kita merasa tidak nyaman untuk berdekatan. Apalagi jiak disbanding bandingkan [FTR, saya tidak merasa seperti ini lho!]

Secara psikologis, kita sangat tdiak suka bila keberadaan kita baik secara fisik atau sifat sifat kita dibandingkan dengan orang lain. Coba ingat ingatlah pengalaman kita saat ada orang yang membandingkan kita, bagaimana perasaan kita saat itu?

Tetapi anehnya, kebanyakan orang tua entah kenapa justru sering melakukan hal ini pada anaknya. Misal membandingkan anak yang malas dengan yang rajin. Anak yang rapi dengan yang gedabrus. Anak yang cekatan dengan anak yang lamban. Terutama juga anak yang mendapat nilai tinggi di sekolah dengan anak yang nilainya rendah. Ungkapan yang sering terdengar biasanya seperti, “Coba kamu mau rajin belajar kayak adik mu, maka pasti nilai kamu tidak seperti ini!”.

Jika kita tetap melakukan kebiasaan ini, maka ada beberapa akibat yang langsung kita rasakan; anak kita makin tidak menukai kita. anak yang dibandingkan akan iri dan dengki dengan si pembanding. Anak pembanding akan merasa arogan dan tinggi hati.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Tiap manusia terlahir dengan karakter dan sifat yang unik. Maka jangan sekali kali membandingkan satu dengan yang lainnya. Catatlah perubahan perilaku masing masing anak. Jika ingin membandingkan, bandingkanlah dengan perilaku mereka di masa lalu, ataupun dengan nilai nilai ideal yang ingin mereka capai. Misalnya, “Eh, biasanya anak papa/mama suka merapikan tempat tidur, kenapa hari ini nggak ya?”

25. Paling benar dan paling tahu segalanya
Egosentris adalah masa alamiah yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Usia tersebut adalah masa ketika anak merasa paling benar dan memaksakan kehendaknya. Tapi entah mengapa ternyata sifat ini terbawa dan masih banyak dimiliki oleh para orang tua. Contoh ungkapan orang tua, “ah kamu ini anak bau kencur, tau apa kamu soal hidup.” Atau, “kamu tau nggak, kalo papa/mama ini sudah banyak makan asam garam kehidupan, jadi nggak pake kamu nasehatin papa/mama!”.

Jika kita memiliki kebiasaan semacam ini, maka kita membuat proses komunikasi dengan anak mengalami jalan buntu. Meskipun maksud kita adalah untuk menunjukkan superioritas kita di depan anak, tapi yang ditangkap anak adalah semacam kesombongan yang luar biasa, dan tentu saja tak seorang pun mau mendengarkan nasehat orang yang sombong.

Apa yang seharusnya kita lakukan?
Seringkali usia dijadikan acuan tentang banyaknya pengetahuan juga banyaknya pengalaman. Pada zaman dulu hal ini bisa jadi benar, namun untuk saat ini, kondisi itu tidak berlaku lagi. Siapa yang lebih banyak mendapatkan informasi dan mengikuti kegiatan kegiatan, maka dialah yang lebih banyak tahu dan berpengalaman.

Jadi janganlah merasa menjadi orang yang paling tahu, paling hebat, paling alim. Dengarkanlah setiap masukan yang datang dari anak kita.

26. Saling melempar tanggung jawab
Mendidik anak terutama menjadi tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu. Bila kedua belah pihak merasa kurang bertanggung jawab, maka proses pendidikan anak akan terasa timpang dan jauh dari berhasil. Celakanya lagi, bila orang tua sudah mulai merasakan dampak perlawanan dari anak anaknya, yang sering terjadi malah saling menyalahkan satu sama lain.

Pernyataan yang kerap muncul adalah, “kamu emang nggak becus ngedidik anak”, dan kemudian dibalas “enak aja lo ngomong begitu, nah kamu sendiri, selama ini kemana aja?!”. Jika cara ini yang dipertahankan di keluarga, akankah menyelesaikan masalah? Tunggu saja hasilnya, pasti orang tua lah yang akan menuai hasilnya, sang anak akan merasa perilaku buruknya adalah bukan karena kesalahannya, tapi karena ketidak becusan salah satu dari orang tuanya. Jelas anak kita akan merasa terbela dan semakin berperilaku buruk.

Apa yang seharusnya kita lakukan?
Hentikan saling menyalahkan. Ambillah tanggung jawab kita selaku orang tua secara berimbang.keberhasilan pendidikan ada di tangan orang tua. Pendidikan adalah kerja sama tim, da bukan individu. Jangan pakai alasan tidak ada waktu, semua orang sama sama memiliki waktu 24 jam sehari, jadi aturlah waktu kita dengan berbagai macam cara dan kompaklah selalu dengan pasangan kita.

Selalu lakukan introspeksi diri sebelum introspeksi orang lain.

27. Kakak harus selalu mengalah
Di negeri ini terdapat kebiasaan bahwa anak yang lebih tua harus selalu mengalah pada saudaranya yang lebih muda. Tampaknya hal itu sudah menjadi budaya. Tapi sebenarnya, adakah dasar logikanya dan dimana prinsip keadilannya?

Ada satu contoh nyata seperti berikut:

Ada seorang kakak beradik, kakak bernama Dita dan adik bernama Rafiq. Neneknya selaku pengasuh utama selalu memarahi Dita ketika Rafiq menangis. Tanpa mengetahui duduk persoalan serta siapa yang salah dan benar, si Nenek selalu membela si adik dan melimpahkan kesalahan pada kakaknya. “Kamu ini gimana sih? Sudah besar kok tidak mau mengalah ama adiknya.” Begitulah ucapan yang keluar dari mulut si Nenek. Terkadang dibumbui dengan cubitan pada kakaknya.

Apa yang terjadi selanjutnya? Dita menjadi anak yang tidak memiliki rasa percaya diri. Ia pun mulai membenci adiknya. Lama kelamaan Dita mulai banyak melawan atas ketidak adilan ini, dan yang terjadi kemudian adalah kedua bersaudara ini makin sering bertengkar. Sementara Rafiq yang selalu dibela bela menjadi makin egois dan makin berani menyakiti kakaknya, selalu merasa benar dan memberaontak. Sang nenek perlahan lahan menobatkan Radja Ketjil yang lalim di tengah keluarga ini.

Apa yang seharusnya kita lakukan?
Anak harus diajari untuk memahami nilai benar dan salah atas perbuatannya terlepas dari apakah dia lebih muda atau lebih tua. Nilai benar dan salah tidak mengenal konteks usia. Benar selalu benar dan salah selalu salah berapapun usia pelakunya.

Berlakulah adil. Ketahuilah informasi secara lengkap sebelum mengambil keputusan. Jelaskan nilai benar dan salah pada masing masing anak, buat aturan main yang jelas yang mudah dipahami oleh anak anak anda.

28. Menghukum secara fisik
Dalam kondisi emosi, kita cenderung sensitif oleh perilaku anak, dimulai dengan suara keras, dan kemudian meningkat menjadi tindakan fisik yang menyakiti anak.

Jika kita terbiasa dengan keadaan ini, kita telah mendidiknya menjadi anak yang kejam dan trengginas, suka menyakiti orang lain dan membangkang secara destruktif. Perhatikan jika mereka bergaul dengan teman sebayanya. Percaya atau tidak, anak akan meniru tindakan kita yang suka memukul. Anak yang suka memukul temannya pada umumnya adalah anak yang sering dipukuli di rumahnya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah sekalipun menggunakan hukuman fisik kepada anak, mencubit, memukul, atau menampar bahkan ada juga yang pakai alat seperti cambuk, sabuk, rotan, atau sabetan.

Gunakanlah kata kata dan dialog, dan jika cara dialog tidak berhasil maka cobalah evaluasi diri kita. Temukanlah jenis kebiasaan yang keliru yang selama ini telah kita lakukan dan menyebabkan anak kita berperilaku seperti ini.


29. Menunda atau membatalkan hukuman
Kita semua tahu bahaya yang luar biasa dari merokok, mulai dari kanker, impotensi, sampai gangguan kehamilan dan janin. Tapi mengapa masih banyak yang tidak peduli dan tetap membandel untuk terus menjadi ahli hisap? Jelas karena akibat dari rokok itu terjadi kemudian dan bukan seketika itu juga.

Begitu juga dengan anak kita. Jika anda menjanjikan sebuah konsekuensi hukuman atau sanksi bila anak berperilaku buruk, jangan menunggu waktu yang terlalu lama, menunda, atau bahkan membatalkan karena alasan lupa atau kasihan.

Bila telah terjadi kesepakatan antara kita dan anak seperti tidak boleh minta minta dibelikan permen atau mainan dan ternyata anak mencoba coba untuk merengek, kita ingatkan kembali pada kepadanya tentang kesepakatan yang kita buat bersama. Anak biasanya akan berhenti merengek. Namun sayangnya kietika anak berhenti merengek , kita menganggap masalah susah selesai dan akhirnya kita menunda atau bahkan membatalkan hukuman entah karena lupa atau kasihan. Apa akibatnya? Anak akan mempunya anggapan bahwa kita hanya omong doang, maka mereka akan mempunya tendensi untuk melanggar kesepakatan karena hukuman tidak dilaksanakan.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jila kita sudah mempunyai kesepakatan dan anak melanggarnya, maka sanksi harus dilaksanakan, jika kita kasihan, kita bisa mengurangi sanksinya, dan usahakan hukumanya jangan bersifat fisik, tapi seperti pengurangan bobot kesukaan mereka seperti jam bermain, menonton tv, ataupun bermain video game.

30. Terpancing Emosi

Jika ada keinginannya yang tidak terpenhi anak sering kali rewel atau merengak, menagis, berguling dsb, dengan tujuan memancing emosi kita yang apda kahirnya kita marah atau malah mengalah. Jika kita terpancing oleh emosi anak, anak akan merasa menang, dan merasa bisa megendalikan orang tuanya. Anak akan terus berusaha mengulanginya pada kesempatan lain dengan pancingan emosi yang lebih besar la gi.

Apa yang seharusnya kita lakukan?

Yang terbaik adalah diam, tidak bicara, dan tidak menanggapi. Jangan pedulikan ulah anak kita. Bila anak menangis katakan padanya bahwa tangisannya tidak akan mengubah keputusan kita. Bila anak tidak menangis tapi tetap berulah, kita katakan saja bahwa kita akan mempertimbangkan keputusan kita dengan catatan si anak tidak berulah lagi. Setelah pernyataan itu kita keluarkan, lakukan aksi diam. Cukup tatap dengan mata pada anak kita yang berulah, hingga ia berhenti berulah, Bila proses ini membutuhkan waktu lebih dari 30 menit tabahlah untuk melakukannya. Dalam proses ini kita jangan malu pada orang yang memperhatikan kita; dan jangan pula ada orang lain yang berusaha menolong anak kita yang sedang berulah tadi… SEKALI KITA BERHASIL MEMBUAT ANAK KITA MENGALAH, MAKA SELANJUTNYA DIA TIDAK AKAN MENGULANGI UNTUK YANG KEDUA KALINYA.

31. Menghukum Anak Saat Kita Marah
Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan pernah memberikan sanksi atau hukuman apa pun pada anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata2 maupun hukuman akan cenderung menyakiti dan menghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik. Kejadin tersebut akan membekas meski ia telah beranjak dewasa. Anak juga bisa mendendam pada orang tuanya karena sering mendapatkan perlakuan di luar batas.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Bila kita sedang sangat marah segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk bisa menurunkan amarah kita dengan segera.
Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat2ya pada anak kita, dan hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Setelah emosi reda, barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi atau hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepeda.


32. Mengejek
Orang tua yang biasa menggoda anaknya, seringkali secara tidak sadar telah membuat anak menjadi kesal. Dan ketika anak memohon kepada kita untuk tidak menggodanya, kita malah semakin senang telah berhasil membuatnya kesal atau malu. Hal ini akan membangun ketidaksukaan anak pada kita dan yang sering terjadi anak tidak menghargai kita lagi. Mengapa? Karena ia menganggap kita juga seperti teman2nya yang suka menggodanya,

Apa yang seharusnya kita lakukan?
Jika ingin bercanda dengan anak kita, pilihlan materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau yang merendahkan dirinya. Akan jauh lebih baik jika seolah-olah kitalah yang jadi badut untuk ditertawakan. Anak kita tetap aka n menghormati kita sesudah acara canda selesai. Jagalah batas2 dan hindari bercanda yang bisa membuat anak kesal apalagi malu. Bagimana caranya? Lihat ekspresi anak kita. Apakah kesal dan meminta kita segera menghentikannya? Bila ya, segeralah hentikan dan jika perlu meminta maaflah ayas kejadian yang baru terjadi. Katakan bahwa kita tidak bermaksud merendahkannya dan kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

33. Menyindir
Terkadang karena saking marahnya orang tua sering mengungkapkannya dengan kata2 singkat yang pedas dengan maksud menyindir, seperti, “Tumben hari gini sudah pulang”, atau “Sering2 aja pulang malem!” atau”Memang kamu pikir Mama/Papa in satpam yang jaga pintu tiap malam?”.

Kebiasaan ini tidak akan membuat anak kita menyadari akan perilaku buruknya tapi malah sebaliknya akan mebuat ia semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak dengan kita. Kita telah menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin berkomunikasi dengan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Katakanlah secara langsung apa yang kita inginkan dengan kalimat yang tidak menyinggung perasaan, memojokkan bahkan menyakiti hatinya. Katakan saja, “Sayang, Papa/Mama khawatir akan keselamatan kamu lho kalo kamu pulang terlalu malam”. Dan sejenisnya.

34. Memberi julukan yang buruk
Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak bisa mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri/mimder, kebencian juga perlawanan. Adakalanya anak ingin membuktikan kehebatan julukan atau gelar tersebut pada orang tuanya.

Solusinya
Mengganti julukan buruk dengan yang baik, seperti, anak baik, anak hebat, anak bijaksana. Jika tidak bisa menemukannya cukup dengan panggil dengan nama kesukaannya saja.

35. Mengumpan Anak yang Rewel
 
Pada saat anak marah, merengek atau menangis, meminta sesuatu dengan memaksa, kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak merengek lagi. Namun yang terjadi malah sebaliknya, rengekan anak semakin menjadi-jadi. Contohnya, anak menangis karena ia minta dibelikan mainan, Kemusian kita berusaha membuatnya diam dengan berusaha mengalihkan perhatiannya seperi, ” Tuh lihat tuh ada kakak pake baju warna apa tuh…”atau” Lihat ini lihat, gambar apa ya lucu banget?”

Ingatlah selalu, pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkannya, ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Anak kita pada umumnya adalah anak yang cerdas. ia tidak ingin diakihkan ke hal lain jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesaiannya. Semakin kita berusaha mengalihkan ke hal lain, semakin marah lah anak kita.

Apa yang sebaiknya dilakukan?

Selesaikan apa yang diinginkan oleh anak kita dengan membicarakannya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum sempat membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan terhadap permintaan anak tesebut, seperti “Papa/Mama belum bisa membelikan mainan itu saat ini. Jika kamu mau harus menabung lebih dahulu. Nanti Papa/Mama ajari cara menabung. Bila kamu terus merengak kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang.” Jika kalimat ini yang kita katakan dan anak kita tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja belum selesai, Untuk urusan belanja kita masih bisa menundanya. Tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.

36. Televisi sebagai agen Pendidikan Anak
Perilaku anak terbentuk karena 4 hal:

  1. Berdasar kepada siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya: kita atau TV?
  2. Oleh siapa yang dia percaya: apakah anak percaya pada kata2 kita atau ketepatan wakyu program2 TV?
  3. Oleh siapa yang meyampaikannya lebih menyenangkan: apakah kita menasehatinya dengan cara menyenangkan atau program2 TV yang lebih menyenangkan?
  4. Oleh siapa yang sering menemaninya: kita atau TV?

Apa yang seharusnya kita lakukan?

  1. Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tersebut yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak kita.
  2. Menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak2nya.
  3. Gantilah program TV dengan film2 pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang mulai dari kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.


37. Mengajari Anak untuk Membalas

Sebagian anak ada yang memiliki kecenderungan suka memukul dan sebagian lagi menjadi objek penderita dengan lebih banyak menerima pukulan dari rekan sebayanya. Sebagian orang tua biasanya tidak sabar melihat anak kita disakiti dan memprovokasi anak kita unutuk membalasnya. Hal ini secara tidak langsung mengajari anak balas dendam. Sebab pada saat itu emosi anak sedang sensitif dan apa yang kita ajarkan saat itu akan membekas. Jangan kaget bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya.
 

Apa yang sebaiknya kita lakukan?:
  1. Mengajarkan anak untuk menghindari teman-teman yang suka menyakiti.
  2. Menyampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya.
  3. Ajaklah orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio atau media lainnya.
Sumber : islamedia.co